Kamis, 07 Mei 2009

Water Seal Drainage Suction ETT

A. TUJUAN PEMASANGAN WATER SEAL DRAINAGE \

· Untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.

· Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura.

· Mengembangkan kembali paru yang kolaps.

· Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada.

· Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.

B. TUJUAN TINDAKAN SUCTION ETT

· Untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.


A. WATER SEAL DRAINAGE

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.

1. Perubahan Tekanan Rongga Pleura

Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi
Atmosfir 760 760 760
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756

2. Indikasi:


a. Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb

- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
d. Efusi pleura : Post operasi jantung
e. Emfiema :
- Penyakit paru serius
- Kondisi inflamsi

3. Kontraindikasi Pemasangan:

a. Infeksi pada tempat pemasangan.

b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.

` 4. Komplikasi Pemasangan WSD:
a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema

5. Tempat Pemasangan WSD
a. Bagian apex paru (apical)
- anterolateral interkosta ke 1-2
- fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Bagian basal
- postero lateral interkosta ke 8-9
- fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

6. Jenis-jenis WSD
a. WSD dengan sistem satu botol

· Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks

· Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol

· Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru

· Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar

· Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi

· Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
· Inspirasi akan meningkat
· Ekpirasi menurun


b. WSD dengan sistem 2 botol

· Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal.

· Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal

· Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2

· Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD

· Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural

c. WSD dengan ystem 3 botol

· Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan

· Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan

· Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD

· Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan

· Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
· Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
· Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
· Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer

B. SUCTION ETT

Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. ( Ignativicius, 1999 ). Suction jangan dilakukan bila kita akan melakukan pemeriksaan analisa gas darah 15 menit -20 menit sebelumnya dan hindarkan bila hemodinamik tidak stabil.

suction_pump_my_life.jpg
Keteter Surtion
Kateter suction yang akan digunakan untuk membersihkan jalan nafas biasanya mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda idealnya kateter suction yang baik adalah efektif menghisap sekret dan resiko trauma jaringan yang minimal.
Diameter kateter suction bagian luar tidak boleh melebihi setengah dari diameter bagian dalam lumen tube diameter kateter yang lebih besar akan menimbulkan atelectasis sedangkan kateter yang terlalu kecil kurang efektif untuk menghisap sekret yang kental. Yang penting diingat adalah setiap kita melakukan suction, bukan sekretnya saja yang dihisap tapi Oksigen di paru juga dihisap dan alveoli juga bisa collaps
Ukuran kateter suction n biasanya dalam French Units (F)
Qs = ukuran diameter eksternal kateter suction yang diperlukan
Qa = diameter internal al1ificial airway dalam millimeter.
Qa x 3
Qs = ————– = F kateter
2
misalnya Qa = 8 mm
8 x 3
Qs = ———– = 12 F
2
Jadi ukuran kateter suction yang digunakan adalah nomor = 12 F
Teknik :
Setiap melakukan suction melalui artificial airway harus steril untuk mencegah kontaminasi kuman dan dianjurkan memakai sarung tangan yang steril. Karakter suction harus digunakan satu kali proses suction misalnya setelah selesai suction ETT dapat dipakai sekalian untuk suction nasofaring dan urofaring dan sesudah itu harus dibuang atau disterilkan kembali,
Ingat” Jangan sikali-kali memakai kateter suction untuk beberapa pasien
Peralatan lain yang perlu disediakan cairan antiseptik, vacuum suction, spuit 5-10 ml untuk spooling (lavage sollution) dan ambu bag (hand resuscitator) untuk oksigen 100%. Vacum Suction harus dicek dan diatur jangan terlalu tinggi karena dapat menyebabkan trauma jaringan dan jangan terlalu rendah ==> penghisapan tidak efektif
Lihat tabel I
Tabel 1 : Vacuum Setting for Suctioning Patients Based on age
Setting
Patients
60 – 80 mm hg
Infant
80 – 120 mm Hg
Children
120 – 150 mm Hg
Adult
Cairan antiseptik untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah suction untuk mengurangi kontaminasi kuman
Sebelum suction, pasien harus diberi oksigen yang adekuat (pre oxygenasi) sebab oksigen akan menurun selama proses pengisapan. pasa pasien – pasien yang oksigennya sudah kurang. Pre oksigen isi dapat menghindari hipoksemia yang berat dengan segala akibatnya, sebab proses suction dapat menimbulkan hiposemia . Pre oksigen dapat diberikan dengan ambu bag dengan O2 100 % (0-10 liter) atau dengan memakai alat ventilator mekanik dengan O2 100%.
Setelah pre oksigensi yang cukup, masukan kateter suction ke dalam airway sampai ujungnya menotok tanpa hisap, kemudian tarik kateter suction sedikit, lakukan penghisapan dan pemutaran berlahan dan sambil menarik keluar untuk mencegah kerusakan jaringan dan memudahkan penghisapan secret.
Proses suction tidak boleh melebihi 10-15 detik di lumen artificial airway, total proses suction jangan melebihi 20 detik. Bila hendak mengulangi suction harus diberikan pre-oksigenasi kembali 6-10 kali ventilasi dan begitu seterusnya sampai jalan nafas bersih.
Jangan lupa monitor vital sign, ECG monitor ,sebelum melanjutkan suction, bila terjadi dysritmia atau hemodinamik tidak stabil, hentikan suction sementara waktu.
Suction harus hati-hati pada kasus-kasus tertentu misalnya penderita dengan orde paru yang berat dengan memakai respirator dan peep, tidak dianjurkan melakukan suction untuk sementara waktu sampai oedem parunya teratasi
Bila sputum kental dan sulit untuk dikeluarkan dapat dispooling dengan cairan NaCi 0,9% sebanyak 5-10 ml dimasukkan ke dalam lumen artificial airway sebelum di-suction, untuk bayi cukup beberapa tetes saja.
Dianjurkan setiap memakai artificial airway harus menggunakan humidifier dengan kelembaban I 100% pada temperatur tubuh untllk mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sputum.
Suction melalui Naso Tracheal
Penghisapan melalui naso tracheal biasanya lebih sulit dan berbahaya bila dibanding dengan memakai via artifical airway dan tidak dianjutkan untuk rutin prosedur pada pembersihan jalan nafas, sebab dapat menyebabkan spasme taring, iritasi nasal dan perdarahan.
Pada kasus tertentu dimana artificial airway tidak ada, sedangkan retensi sputum banyak dapat dilakukan perlahan dengan memakai kateter suction yang sebelumnya diolesi pelcin (water soluble lumbricant) dan sementara vacuum dilepaskan, sambil mendengar suara nafas melaiui kateter bila sudah sampai di depan trachea kateter Suction diteruskan rapa saat inspirasi sambil menghisap, biasanya timbul rangsangan batuk sehingga sputum dapat keluar melalui suction atau ke rongga jalan natas bagian atas (nasotaring atau urotaring) sehingga mudah dikeluarkan melalui kateter suction dapat dilakukan spooling untuk mengencerkan sputum bila dilakukan berulang dapat dibantu dengan nasotaringeal tube untuk mengurangi trauma, jangan lupa memberikan reoksigenasi san monitor vital sign sesudah melakukan suction.
Ingat : Bila terjadi spasme taring pada waktu suction naso tracheal : Segera cabut kateter suction dan bantu dengan memakai ambu bag clan oksigen 100%, ini merupakan life treathening
Komplikasi :
Hipoxcmia , oleh kenana suction melalui artiticial aireway dapat menghisap oksigelen yang di alveoli dan menurunkan oksigen pada darah arteri yang dapat menimbulkan
tacicardi, aritmia/PVC, bradicardi
Untuk mencegah hipoxemia ini
• Oksigenasi yang baik sebelum dan sesudah suction
• Suction jangan melebihi I5 detik
• Ukuran diameter secction yang benar
Trauma Jaringan
Suncioning dapat menyebabkan trauma jaringan, iritasi dan pendarahan untuk pencegahan :
• Pakai karakter suction dengan jenis dan ukuran yang benar
• Teknik suction yang baik dan benar
Atelektasis
Atelektasis dapat terjadi bila pemakaian kateter sunction yang terlalu besar dan vacuum suction yang terallu kuat sehingga terjadi collaps paru atau atelektasis dan bisa terajdi persistent hipoxemia .
Untuk pencegahan :
• Pakai kateter suction dengan jenis dan ukuran yang benar
• Teknik suction yang baik dan benar
• Auskultasi pre dan post suction
Hipotensi :
Hipotensi yag terjadi pada sewaktu suction biasanya oleh karena : vagal stimulasi, batuk dan hipoxemia.
Vagal stimulasi menyebabkan bracardia, batuk menyebabkan penurunan venous return, sedangkan hipoxemia menyebabkan aritmia dan pheperial vasodilatasi.
Walaupun tekanan darah sistemik menurun, namun tekanan intra cranial pressure (ICP) tetap naik pada waktu silakukan section
Untuk pencegahan ;
• cek darah sebelum dan sesudah section
• Moditor yang ketat vital sign dan ECG.
Airways Contriction :
Airway Contriction terjadi olah karena adanya rangsangan mekanik lagsung dari suction terhadap mukosa saluran nafas sehingga terjadi broncho contriction dengan tanda adanya wheezing. Bila terjadi broncho contriction berikan broncho dilator, pada naso trachel suction dapat terjadi spame laring.

BAB III

PROSEDUR PEMASANGAN WSD

A. PEMASANGAN WSD

1. Prosedur pemasangan WSD
a. Pengkajian
- Memeriksa kembali instruksi dokter
- Mencek inform consent
- Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan
b. Persiapan pasien
- Siapkan pasien
- Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
· Tujuan tindakan
· Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat duduk atau berbaring
· Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi
· Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
c. Persiapan alat
· Sistem drainage tertutup
· Motor suction
· Slang penghubung steril
· Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor, set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker.
d. Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik , dan perawat member dukungan moril pada pasien.
e. Tindakan setelah prosedur

· Perhatikan undulasi pada sleng WSD
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
- Motor suction tidak berjalan
- Slang tersumbat
- Slang terlipat
- Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi
ystem drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas

· Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar

· Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air

· Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar

· Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama

· Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan

· Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat

· Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi

· Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu

· Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang

· Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran

· Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan

· Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif

· Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh

· Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD

· Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD

2. Perawatan pada klien yang menggunakan WSD:

a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg terkena & TTV stabil.
b. Observasi adanya distress pernafasan
c. Observasi :
- Pembalut selang dada
- Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung, bekuan darah
- Sistem drainage dada
- Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien
- Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang
- Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV & warna kulit
- Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap digunakan
d. Posisikan klien :
- Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak)
- Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai pada plester perekat botol drainase pada saat persiaan botol atau permukaan tertulis
ystem komersial yang sekali pakai
h. Urut selang jika ada obstruksi
i. Cuci tangan
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien
Cara mengganti botol WSD
a. Siapkan set yang baru
Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan
b. Selang WSD di klem dulu
c. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
d. Amati undulasi dalam slang WSD


3. Pencabutan selang WSD

Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :
a. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
· Tidak ada undulasi
· Cairan yang keluar tidak ada
· Tidak ada gelembung udara yang keluar
· Kesulitan bernafas tidak ada
· Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara


· Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara
b. Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada slang.

B. PROSEDUR SUCTION

Hudak ( 1997 ) menyatakan persiapan alat scara umum untuk tindakan penghisapan adalah sebagai berikut ;

a. Kateter suction steril yang atraumatik

b. Sarung tangan

c. Tempat steril untuk irigasi

d. Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan

( Ignativicius, 1999 ) menuliskan langkah-langkah dalam melakukan tindakan penghisapan adalah sebagai berikut :

1. Kaji adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan penghisapan.

( usahakan tidak rutin melakukan penghisapan karena menyebabkan kerusakan mukosa, perdarahan, dan bronkospasme ).

2. Lakukan cuci tangan, gunakan alat pelindung diri dari kemungkinan

terjadinya penularan penyakit melalui secret.

3. Jelaskan kepada pasien mengenai sensasi yang akan dirasakan selama

penghisapan seperti nafas pendek, , batuk, dan rasa tidak nyaman.

4. Check mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada level

80 – 120 mmHg untuk menghindari hipoksia dan trauma mukosa

5. Siapkan tempat yang steril

6. Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3 menit untuk mencegah terjadinya hipoksemia.

7. Secara cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan suction saat

kateter sedang dimasukkan

8. Tarik kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan suction secara

intermitten , tarik kateter sambil menghisap dengan cara memutar. Jangan

pernah melakukan suction lebih dari 10 – 15 “.

9. Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasien normal.

10. Ulangi prosedur bila diperlukan ( maksimal 3 x suction dalam 1 waktu )

11. Tindakan suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan, lakukan

juga mouth care setelah tindakan suction pada mulut.

12. Catat tindakan dalan dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik

Sputum (jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya darah ) dan respon


DAFTAR PUSTAKA

Eliastam, M., Sternbach, G., & Bresler, M. (1998). Buku saku : Penuntun kedaruratan medis. ( edisi 5 ). Jakarta ; EGC.

Hudak & Gallo.(1994). Critical care nursing : a holistic approach. (7th edition). Lippincott : Philadelphia..

Thelan, et.al. (1994). Critical care nursing ; Diagnosis and management. (2nd edition). St. louis ; Mosby Company.

Barry A, Shapiro, MD,DABa, FCCP, Cs : Clinical Application of Respitory Care, 49 –53

Laurence Martin, Md, FACP, FCEP. Pulmonary Psyology Inclinical Practise, 1987, 33 – 39

Rahardjo E, Penanganan gangguan Nafas dan Pernafasan Buatan Mekanik , 1997, 1- 5

Robert, M.K, PHD and James K. Stoller, MD., Current Respiratory Care, 1988,90 - 92

1 komentar: