Selasa, 18 Mei 2010

Konsep Diabetes Melitus

a. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner & Sudda

rth, 2002).



b. Tipe Diabetes Melitus

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:

1. Diabetes Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

2. Diabetes tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM]), terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin

3. Diabetes Melitus tipe lain

4. Diabetes Melitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus [GDM])



c. Etiologi Diabetes Melitus

Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel ? dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel ? tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel ? pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).



d. Patofisiologi Diabetes Melitus (Brunner & Suddarth, 2002)

1. Diabetes Tipe I

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel ? pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).



2. Diabetes Tipe II

Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel ? tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat danterjadi diabetes tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.



3. Diabetes Gestasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.



e. Manifestasi Klinis

Diagnosis DM Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) ditandai dengan adanya gejala berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impoteni pada pria serta pruritus vulva pada wanita.



f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk DM, yaitu kelompok usia dewasa tua (> 40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan bayi > 4000 gr, riwayat DM pada kehamilan dan dislipidemia.

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa. Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar.

Cara pemeriksaan TTGO (WHO, 1985) adalah:

1. Tiga hari sebelum pemerksaan pasien makan seperti biasa.

2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.

3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.

4. Perikasa glukosa darah puasa.

5. Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5 menit.

6. Perikasa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.

7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperisa tetap istirahat dan tidak merokok.



Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. bila hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal.

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena < 110 110 – 199 > 200

- Darah kapiler < 90 90 – 199 > 200

Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena < 110 110 – 125 > 126

- Darah kapiler < 90 90 – 109 > 110





A. Penatalaksanaan Medis

1. Perencanaan Makan

Tujuan penatalaksanan diet pada penderita diabetes adalah:

1. Memberikan semua unsur makanan esensial (mis. Vitamin dan mineral)

2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

3. Memenuhi kebutuhan energi

4. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis

5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

6. mencegah komplikasi akut dan kronik

7. meningkatkan kualitas hidup

Prinsip dasar diit diabetes (Perencanaan Makan Penderita Diabetes Dengan Sistem Unit, 1997)

Prinsip dasar diit diabetes adalah pemberian kalori sesuai dengan kebutuhan. Cara sederhana untuk mengetahui kebutuhan dasar adalah sebagai berikut:

Untuk wanita : (Berat Badan Ideal x 25 kalori) ditambah 20 % untuk aktifitas

Untuk pria : (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20 % untuk aktifitas

Prinsip kedua adalah menghindari konsumsi gula dan makanan ynag mengandung gula didalamnya. Sebaiknya juga menghindari konsumsi hidrat arang hasil dari pabrik yang berupa tepung dengan segala produknya. Hidrat arang olahan ini akan lebih cepat diubah menjadi gula di dalam darah.

Prinsip ketiga adalah mengurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari. Tubuh penderita diabetes akan lebih mengalami kelebihan lemak darah, kelebihan lemak ini berasal dari gula darah yang tidak terpakai sebagai energi.

Prinsip keempat adalah memperbanyak konsumsi serat dalam makanan. Yang terbaik adalah serat yang larut air seperti pectin (ada dalam buah apel), segala jenis kacang-kacangan dan biji-bijian (asal tidak digoreng!). serat larut air ini terbukti dapat menurunkan kadar gula darah. Semua jenis serat akan memperbaiki pencernaan, mempercepat masa transit usus, serta memperlambat penyerapan gula dan lemak.

Perencanaan makan bagi penderita diabetes sesuai standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi: Karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%.makanan dengan komposisi KH sampai 70-75% masih memberikan hasil yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA, Mono Unsaturated Fatty Acid) dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat 25 gr/hari, diutamakan serat larut. Pemanis buatan yang tidak bergizi, yang aman dan dapat diterima untuk digunakan pasien diabetes termasuk yang sedang hamil adalah: sakarin, aspartame, acesulfame, potassium dan sucralose (PERKENI, 2002). Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani.



DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddarth. (1997), Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Hartono, A., Kuncara, M., Ester, M., Edisi 8, Vol. 2, Jakarta: EGC

Waspadji, S. (1996), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, Jilid I, Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Smetzer. (2001), Buku Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Waluyo, A., Edisi 8, Vol. I, Jakara: EGC

Mansjoer, A. (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid pertama, Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Carpenito, L. (), Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, Jakarta: EGC

Sibbuea, W. (1997), Perencanaan Makan Penderita Diabetes Dengan sistem Unit, Jakarta: Infomedika

Doenges, M. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Kariasa, M,. Sumarwati, M., Edisi 3, Jakarta: EGC

Carpenito, L. (2000), Diagnosa Keperawatan, editor Ester, M,. Edisi 8, Jakarta: EGC

Atmosukarto, K. (2001), Terapi Nutrisi Kromium Untuk Penderita Diabetes, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XXIX, No. 2, Page 107-110

Sarwono, S. (1993), Sosiologi Kesehatan, Jogjakarta: UGM

Jumat, 14 Mei 2010

Situ Gunung

Sukabumi, sebuah kota kecil berhawa sejuk adem yang berada di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango Provinsi Jawa Barat, memiliki reputasi yang lumayan beken akan potensi alam. Beberapa potensi wisata alam yang cukup menarik untuk dikunjungi salah satunya adalah wisata Air terjun (“curug” dalam bahasa sunda) dan danau (“situ” also in sundanese). Air terjun yang terdapat di kawasan konservasi alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ini adalah Curug Cibeureum di daerah Perbawati, Selabintana dan Curug Sawer di daerah Situgunung, Kadudampit. Selain curug, ada juga danau diatas gunung yang memiliki nama Situgunung (Situ = danau, dimana situgunung berarti danau di gunung). Tulisan gw kali ini mau menceritakan perjalanan gw treking ke tempat-tempat tersebut.

CURUG CIBEUREUM – Perbawati, Selabintana

Curug Cibeureum merupakan air terjun yang terletak di daerah Perbawati, Selabintana, Kabupaten Sukabumi. Cara mencapai lokasi awal untuk treking ini dari kota Sukabumi adalah dengan naik angkutan umum (angkot) no. 10 berwarna merah lintasan Sukabumi – Selabintana. Berhubung angkutan umum ini hanya melayani perjalanan sampai di tempat wisata dan penginapan bernama “Hotel Selabintana” maka perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki lewat jalan setapak di belakang hotel melalui perkebunan teh dan lokasi perkemahan yang bernama Pondok Halimun. Apabila tidak mau repot, maka angkutan umum ini pun sebetulnya bisa di carter langsung dari Sukabumi menuju ke Pondok Halimun (dengan ongkos yang lebih mahal tentunya, kira-kira Rp. 10.000 / orang).

Pondok Halimun ini merupakan salah satu pintu masuk ke kawasan konservasi alam TNGGP, pintu masuk kawasan ini terdapat di kadudampit, yakni pintu masuk Situgunung.

Curug Cibeureum (3)Curug Cibeureum (1)

Setelah mencapai Pondok Halimun, maka perjalanan (treking) bisa langsung dilanjutkan ke arah Air Terjun Cibeureum. Jalur menuju ke air terjun ini sudah dilapisi batu-batu kali sehingga perjalanan tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Treking sepanjang +/- 2 km melalui jalur yang naik turun dan berkelok-kelok serta kadang agak licin ini sangat menyenangkan dikarenakan di kanan dan kiri jalur treking masih merupakan hutan yang cukup lebat sehingga suasana dingin, agak gelap dan basah akan menemani perjalanan hingga ke lokasi. cuma ya itu, berhubung gw udah lama gak jalan kayak gini, sekalinya jalan langsung ngos-ngosan dah…. hahahaha….. perjalanan lewat jalan setapak ini akan melalui beberapa lokasi perkemahan, menyeberang sungai-sungai kecil dan akhirnya menaiki bukit dan turun lagi dan naik lagi…. hwheeheh… Mendekati lokasi curug, gemuruh air mulai terdengar… kebetulan pas gw jalan ini bukan musim liburan sehingga cukup sepi dari pengunjung yang lain (gada siapa-siapa malah… yang ada cuma gw yang ditemani seorang sahabat bernama Atep Sopiandi yang kebetulan emang orang situ). setelah +/- 1 jam perjalanan yang cukup ngos-ngosan akhirnya sampe juga kami ke lokasi.

Curug CibeureumCibeureum

Curug Cibeureum (2)Curug Cibeureum di hari libur biasanya dipenuhi oleh para wisatawan baik dari Sukabumi sendiri maupun dari luar kota, tapi berhubung bukan musim liburan, praktis cuma kami berdua aja yang ada disitu… bebas menikmati alam yang sepi dan sejuk ini. Air terjun yang menurut info memiliki ketinggian 60 meter ini mendapatkan namanya “Cibeureum” (Ci = air, beureum = merah, Cibeureum artinya air berwarna merah) dikarenakan katanya kalau dipagi hari ketika sinar matahari mengenai air terjun warnanya terlihat kemerahan, sayangnya ketika kami tiba disana sudah agak siang dan juga debit air yang tidak terlalu banyak sehingga kami tidak bisa melihat fenomena alam tersebut. Setelah foto-foto mengabadikan momen dan alam, kami berdua pun pulang kembali melalui trek yang tadi kami lalui.

CURUG SAWER & DANAU SITUGUNUNG – Kadudampit

Sehari setelah perjalanan gw ke Curug Cibeureum, esok harinya gw jalan lagi. Tujuan kali ini: Curug Sawer! di daerah Situgunung. Kali ini gw ajak sekalian sahabat sejak kecil bernama Bertus a.k.a. Novi. Curug Sawer (atau Air terjun Sawer) terletak di daerah yang bernama Situgunung di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi (berjarak +/- 16 km dari Kota Sukabumi). Mencapai air terjun ini dari Kota Sukabumi adalah menggunakan angkutan umum (angkot) no. 08 berwarna hijau muda lintasan Sukabumi – Cisaat ( jalannya ke arah Bogor). Turun di depan alun-alun Cisaat kemudian menyeberang jalan dan berjalan kaki sedikit ke arah tempat mangkal angkot jurusan Kadudampit yang berada dijalan disamping kantor Polsek Cisaat. Karena biasanya angkutan umum ini nggak sampai ke depan gerbang masuk lokasi wisata Situgunung, maka kita harus bayar lebih supaya diantar langsung kesana .

Di depan gerbang masuk lokasi wisata ini ada loket buat retribusi, dimana per orang bayar Rp. 8500… itu nggak termasuk kendaraan lho, jadi kalo ada yang bawa motor, mobil atau bis akan dikenakan biaya parkirnya juga. Setelah urusan bayar membayar dan masuk gerbang, maka kita akan langsung dihadapkan pada persimpangan jalan, kalo lurus ke arah air terjun, ke kiri ke arah danau. Kalo mau mengunjungi dua-duanya sih, menurut gw mending ambil yang air terjun dulu, biar capeknya abis duluan baru dah ke danau.

SitugunungSitugunung (9)

Perjalanan ke Air Terjun Sawer, mungkin karena treknya cenderung agak lebih landai dan tidak sepanjang trek Curug Cibeureum jadi rasanya tidak “seberat” perjalanan ke Curug Cibeureum walopun tetep aja sama-sama bikin ngos-ngosan… hahahaha… Sobat gw yang doyan olahraga, di compare sama gw yang tukang ngorok jelas lebih tahan dia lah… hahahah… dikit-dikit brenti, maklum nafas bako bro! (padahal dulu waktu masih sedikit lebih “muda”, jalur ini bisa dilalui dengan relatif lebih santai n tenang… beladiri mode! kwkwkwkkwk…. tahan mang!…) setelah dengan perjuangan yang cukup lumayan melalui rimbunnya pohon, akhirnya kami pun sampe ke Curug Sawer…. tempatnya kebetulan sepi, cuma ada sekelompok pemuda pecinta alam yang sedang kemping dekat air terjun.

Situgunung (2)Situgunung (8)Situgunung (3)

Air terjun Sawer memiliki debit air yang lumayan besar, namun punya ketinggian yang lebih rendah bila dibandingkan dengan Curug Cibeureum. Debit air yang cukup banyak dan air kolam di dasar air terjun yang cukup dalam ternyata cukup menggoda sobat gw buat nyemplung n brenang (heran deh, dia kok udah siap aja bawa properti buat nyemplung ini…. padahal ga ada tu agenda nyebur-nyeburan… udah siap-siap dari rumah nampaknya.. kwkwkwkw). Udara yang cukup dingin dan air yang lumayan bikin badan menggigil gak menahannya buat nyebur… kayak bebek yang ketemu air dah… brenang-renang riang kesana kemari… kwkwk… sedangkan gw sendiri sibuk ambil foto sana sini… Setelah dirasa cukup (cukup kedinginan maksudnya… hehehe…) maka kami pun bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi danau….

Perjalanan ke arah danau dilakukan melalui jalan yang tadi udah kami lewati tapi nggak sampai habis ke gerbang lagi. Ada persimpangan yang langsung menuju ke arah danau. Perjalanan yang cukup curam diawal karena “naik-naik ke puncak gunung” lagi… praktis dah, ngos-ngosan babak kedua! hehehe… setelah sampai dipuncak bukit, perjalanan mulai bersahabat karena terus menurun menuju danau. perjalanan turun pun adem karena kanan kiri pohon-pohon besar yang menaungi jalan setapak. Setelah berjalan kaki kurang lebih setengah jam tibalah kami di danau, sebuah danau yang terletak diatas gunung… “Situgunung”…

Situgunung (6)Situgunung (7)

Konon katanya, danau ini merupakan danau buatan manusia, jadi bukan terjadi karena bentukan dari alam (katanya lho…)… jadi legendanya bilang, ada seorang bangsawan mataram yang melarikan diri dari Kerajaan Mataram karena dikejar-kejar oleh Belanda. Nah, bangsawan itu kemudian sampai ke daerah ini dan memutuskan menetap. Di tempat itulah istrinya melahirkan seorang anak, nah, sebagai ungkapan rasa syukur maka bangsawan tersebut pun membuat sebuah danau kecil menggunakan peralatan tangan sederhana. begitu ceritanya…

Terlepas dari legenda tersebut, keberadaan danau dengan pohon-pohon pinus disekitarnya ini merupakan sebuah spot yang menyenangkan untuk melepas kepenatan sehari-hari… pemandangan hijau, hembusan udara yang dingin ditemani hasil karya tukang gorengan yang kebetulan lg mangkal disitu, bikin gw betah buat berlama-lama… namun walopun kayaknya seru buat main air, jangan harap bisa nyebur n berenang di danau ini, karena di pinggir danau jelas-jelas ada plang larangan buat brenang… (entah kalo udah bilang sama pengelola ya…) hehehe… Langsung teringat flashback ingatan saat SMA waktu masih demen kemping-kemping sekitar 12 tahun lalu, saat danau ini masih punya dermaga kecil yang menjorok agak ke tengah. Namun saat ini, dermaga tersebut udah gak ada, mungkin udah hancur karena gak ada dana buat perawatannya. Yang masih ada sampe sekarang adalah perahu-perahu kecil yang dipake buat para nelayan danau mencari ikan.

Situgunung (5)Situgunung (4)

Setelah puas liatin danau dan kenyang makan gorengan, kami pun pulang… dengan kaki yang rasanya males banget diajak jalan… udah gitu, pas sampe gerbang masuk gada pula angkot yang ngetem… wadowwwww… akhirnya kami jalan kaki (lagi) menyusuri aspal sambil berharap tu angkot segera datang dari balik tikungan… tapi belon juga tu angkot datang, eh ujan keburu datang…. ya sudah lah.. kami tetep jalan aja sambil ditemani rintik air hujan yang lama kelamaan makin deras aja…

Rabu, 05 Mei 2010

@ Mandalawangi


Hari sabtu dan minggu kemaren, tepatnya tanggal 1-2 Mei 2010, aku jalan-jalan ke Cibodas Untuk yang pertama kalinya lo...
pake acara Kemah Pula..seru...banget...tak kan terlupakan..
Cibodas=Dingin, berrrrrrr ;P
jeprat-jepret, akhirnya dapet dech foto-foto buat kenang-kenangan...