Selasa, 01 November 2011

Sebuah Renungan Tentang Papa Kita

berbeda dengan mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
ketahuilah, saat itu papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

ketika kamu sudah beranjak remaja…
kamu mulai menuntut pada papa untuk dapat izin keluar malam
dan bersikap tegas dan mengatakan “TIDAK boleh”.

tahukah kamu, bahwa papa melakukan itu untuk menjagamu ??
karena bagi papa, kamu adalah yang sangat-sangat luar biasa berharga.
aetelah itu kamu marah pada papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu.
Dan mama yang datang mengetuk pintu dan membujukmu agar tidak marah pada papa,

tahukah kamu, bahwa saat itu papa memejamkan matanya…
dan mencoba menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa papa sangat ingin mengikuti keinginanmu,
tapi lagi-lagi dia harus menjagamu…

ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang kerumah
untuk menemuimu.

papa akan memasang wajah paling “COOL” sedunia..

papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol
berdua di ruang tamu…

sadarkah kamu, kalau hati papa merasa cemburu !!!

saat kamu mulai lebih dipercaya, dan papa melonggarkan sedikit
peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk
melanggar jam malamnya.

maka yang ditakutkan papa adalah duduk diruang tamu dan menunggumu pulang,
dengan hati yang khawatir…

dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut…

ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam, hati papa akan mengeras
dan papa akan memarahimu….

sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang ditakuti papa
akan segera datang…

“BAHWA putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan papa”

setelah lulus SMA, papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter
atau Insinyur.

ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan papa itu semata-mata
hanya karena memikirkan masa depanmu nanti..

tapi toh papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu
tidak sesuai dengan keinginan papa

ketika kamu menjadi gadis dewasa…
dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…

papa harus melepasmu di bandara…

tahukah kamu, bahwa badan papa terasa kaku untuk memelukmu..

papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini itu,
dan menyuruhmu untuk berhati-hati…

padahal papa ingin sekali menengok seperti mama dan memelukmu erat-erat,

yang papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata disudut matanya.
dan menepuk pundakmu dan berkata
“JAGA DIRIMU baik-baik ya sayang”
.

papa melakukan itu semua agar kamu kuat..
kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu.
orang pertama yang mengerutkan kening adalah PAPA.

papa pasti berusaha keras mencari jalan keluar agar anaknya
bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

ketika permintaanmu bukan lagi sekedar minta boneka baru…
dan papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…

kata-kata yang keluar dari mulut papa adalah “
“tidak…tidak..tidak…”

padahal dalam hati papa, ia sangat ingin mengatakan
“iya sayang, nanti papa belikan untukmu..”

Tahukah kamu bahwa pada saat itu papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum..|

saatnya kamu wisuda sebagai seorang sarjana…

papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

papa akan tersenyum dan bangga, puas melihat putri kecilnya
yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa.
dan telah menjadi seseorang.

sampai saat seorang teman lelakimu datang kerumah dan
meminta izin pada papa untuk mengambil dirinya.

papa akan sangat berhati-hati memberikan izin.

karena papa tau…
bahawa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan Akhirnya…
saat papa melihatmu duduk dipanggung pelaminan bersama seorang laki-laki
yang dianggap pantas menggantikannya, papa tersenyum bahagia…

apakah kamu mengetahui, dihari yang bahagia itu papa pergi kebelakang
panggung sebentar, dan menangis…!!!

papa menangis karena papa sangat bahagia,
papa berdo’a…

dalam lirih do’anya kepada tuhan. papa berkata
” ya allah, tugasku telah selesai dengan baik..”

putri kecilku yang lucu dan ku cintai telah menjadi wanita yang cantik.

bahagiakanlah ia bersama suaminya…

setelah itu papa hanya bisa menunggu kedatanganmu
bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…

dengan rambut yang telah di semakin memutih…
dan badan serta lengan yang tak kuat lagi untuk
menjagamu dari bahaya…

papa telah menyelesaikan tugasnya…

papa..ayah…bapak kita…
adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…
bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis
dan harus terlihat kuat dan tegas bahka saat dia ingin memanjakanmu..

dan dia adalah orang pertama yang selalu yakin bahwa “
kamu bisa” dalam segala hal.

“RENUNGKANLAH”

betapa seringnya kalian membuat papa mengerutkan wajah karena kalian.
betapa sering papa menahan rasa marah dihatinya karena kita..

lihatlah wajah lelah papa saat pulang dari kerjanya..
pap letih yang mungkin tak bisa kita rasakan..

rasa yang hanya papa tahan sendiri..
itu semua untuk kita…

namun, pernahkan atau betapa jarangnya kita membuatkan minimal,
secangkir minuman untuknya.

tak sebanding dengan papa yang selalu menanyakan apakah anaknya
tersayang sudah makan atau belum

betapa jarangnya kalian mengucapkan kata “maaf” pada papa.
tak sebanding dengan betapa banyaknya hal yang telah kalian
buat papa kecewa…

betapa jarangnya kalian berterima kasih pada papa.
tak sebanding dengan betapa banyaknya hal
yang telah papa lakukan untuk kalian…

Senin, 31 Oktober 2011

Peraturan Allah dan rasul Tentang Hijab

Bismillahirrahmanirrahim..

Sesungguhnya seorang wanita muslimah akan menemukan dalam hukum Islam perhatian yang sangat tinggi terhadap dirinya, agar dapat menjaga kesuciannya, menjadi wanita mulia dan memiliki kedudukan yang tinggi. Dan syarat-syarat yang diwajibkan pada pakaian dan perhiasannya tidak lain adalah untuk mencegah kerosakan yang timbul akibat tabarruj (berhias diri). Inipun bukan untuk mengekang kebebasannya akan tetapi sebagai pelindung baginya agar tidak tergelincir pada lumpur kehinaan atau menjadi sorotan mata.


Keutamaan Hijab


· Hijab itu adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul.


Allah SWT telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya berdasarkan firman Allah SWT:

} وَمَا كَانَ لمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إذاَ قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أمْرًا أنْ يَكُونَ لهُمُ الخِيَرَةُ مِنْ أمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُبِينًا {

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab: 36)

Allah SWT juga memerintahkan kaum wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah SWT:

} وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا {

“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31)

Allah SWT berfirman:

} وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الجَاهِلِيَّةِ الأُولَى {

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah.” (Q.S. Al-Ahzab: 33)

Allah SWT berfirman:

} وَإذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ {

“Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53)

Allah SWT berfirman:

} يَا أيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ المُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيبِهِنَّ {

“Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)

Rasulullah SAW bersabda: “Wanita itu aurat” maksudnya adalah bahwa ia harus menutupi tubuhnya.


· Hijab itu ‘iffah


Allah SWT menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat).

Allah SWT berfirman:

} ياَ أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ المُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أدْنَى أنْ يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ {

“Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)

Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri dari perbuatan jelek (dosa), “karena itu mereka tidak diganggu”. Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman Allah “karena itu mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka.


· Hijab itu kesucian


Allah SWT berfirman:

} وَإذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ {

“Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53)

Allah SWT menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah SWT berfirman:

} فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ {

“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al-Ahzab: 32)


· Hijab itu pelindung


Rasulullah SAW bersabda:

((إنَّ اللهَ حَيِيٌّ سَتِيرٌ يُحِبُّ الحَيَاءَ وَالسِّتْرَ))

“Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta Menyukai rasa malu dan perlindungan”

Sabda beliau yang lain:

(( أيَّمَا اِمْرَأَةٍ نَزَعَتْ ثِيَابَهَا في غَيْرِ بَيْتِهَا خَرَقَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهَا سِتْرَهُ))

“Siapa saja di antara wanita yang melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza wa Jalla telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.”

Jadi balasannya setimpal dengan perbuatannya.


· Hijab itu taqwa


Allah SWT berfirman:

} ياَ بَنِي آدَمَ قَدْ أنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ {

“Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf: 26)


· Hijab itu iman


Allah SWT tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman: “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman.” (Q.S. An-Nur: 31). Allah SWT juga berfirman: “Dan istri-istri orang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)

Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Mu’minin, Aisyah ra dengan pakaian tipis, beliau berkata: “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”


· Hijab itu haya’ (rasa malu)


Rasulullah SAW bersabda:

((إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاءُ))

“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.”

Sabda beliau yang lain:

“Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”

Sabda Rasul yang lain:

((الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَرُ))

“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”


· Hijab itu ghirah (perasaan cemburu)


Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang laki-laki sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib ra berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ‘ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu."

wallahu'alam...

Kamis, 25 Agustus 2011

‘suka membawa mulut’ (FITNAH)

SATU sikap yang merosakkan persaudaraan dan perpaduan umat Islam ialah ‘suka membawa mulut’, mereka-reka serta menambah cerita buruk, malah melaga-lagakan orang se hingga kisah yang pendek menjadi panjang.

Ia juga disebut menabur fitnah atau ‘namimah’ iaitu men ceritakan keburukan orang di khalayak ramai dengan tujuan menimbulkan kebencian dan permusuhan terhadapnya.

Kesan daripada perbuatan itu bukan hanya merugikan seorang dua, malah menyebabkan hilangnya perasaan kasih sayang, hormat dan kepercayaan di kalangan masyarakat, sehingga runtuh segala sendi kebahagiaan hidup berma syarakat.

Sikap seperti itu sangat tercela. Ia satu daripada perbuatan dosa besar yang akan mendapat ancaman seksa amat berat di hari pembalasan kelak.

Antara faktor yang menimbulkan fitnah ialah dorongan perasaan iri hati atau dengki terhadap orang lain, ditambah kekurangan iman dan tiada kefahaman mengenai larangan dan kemurkaan Allah, malah hati dan jiwa seseorang yang kotor, lemah tahap pemikirannya dan sukar menerima kebenaran.

“Adapun orang yang berpenyakit dalam hati mereka, maka surah itu menambahkan kekotoran pada kekotoran yang sedia ada pada mereka; dan mereka mati, sedang mereka berkeadaan kafir.” (at-Taubah:125)

Faktor lain yang mendesak seseorang melakukan fitnah kepada saudaranya ialah kerana ingin mendapatkan kuasa, pengaruh serta kepercayaan orang terhadap diri dan dak waannya, malah ingin menunjukkan dirinya seorang yang lebih baik daripada saudaranya itu.

Islam menasihati umatnya agar melindungi rahsia sau daranya, bukan sengaja mencari kelemahan dan membuka aibnya kepada khalayak, kerana dengan tindakan itu boleh menjatuhkan maruahnya.

Rasulullah s.a.w menegaskan, menyelidiki rahsia dan mem fitnah orang lain yang baik, termasuk ciri orang munafik yang mengaku beriman dengan lidahnya, sedangkan hatinya benci. Mereka di hari kiamat akan dibebani dengan dosa besar di depan Allah.

Hari ini medan menabur fitnah terlalu banyak. Dengan perkembangan teknologi, semakin mudah pula mengadakan berita palsu, fitnah dan segala celaan, dengan cepat tersebar ke seluruh ceruk rantau.


Cukup dengan memasukkannya ke dalam Internet atau blog, semudah itulah manusia berbuat dosa dan semudah itu juga umat Islam boleh bersatu dan berpecah belah.

Bagi Muslim sepatutnya perlu bertanggungjawab atas apa yang ditulis, diucap dan disebar, bukannya menulis, bercakap dan menyebarkan berita mengikut sesedap hati tanpa di selidiki, kerana semua itu akan ditanya Allah.

“Dan janganlah kamu mengikut apa yang kamu tidak ketahui; sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya apa yang dilakukan.” (al-Isra:36)

Orang yang menyebarkan fitnah nanti di dalam kubur akan diseksa Allah. Perkara ini dapat dibuktikan melalui kisah yang diceritakan Rasulullah s.a.w.

Suatu ketika Rasulullah s.a.w melalui dua kubur lalu baginda bersabda, maksudnya: “Sesungguhnya penghuni dua kubur ini diseksa. Keduanya tidak diseksa kerana dosa besar. Adapun seorang daripadanya tidak bersuci daripada ken cingnya dan yang satu lagi suka memfitnah.

Kemudian Rasulullah s.a.w mengambil pelepah kurma yang basah dan memotong dua, lalu dipacakkan pada kedua-dua kubur terbabit sambil berdoa: “Semoga Allah meringankan seksaan atas keduanya.”

Allah tidak membenarkan perkara keji, berita palsu ber kembang dalam masyarakat Islam, lebih-lebih lagi jika ia membabitkan kehormatan dan maruah seseorang.

Orang yang suka mengadu domba tidak akan masuk syurga, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud: “Tidak masuk syurga orang yang suka mengadu domba.”

Sebagai Muslim, sepatutnya masing-masing menghayati pengertian terhadap ‘Islam’ yang dianuti dan dijadikan cara hidup, iaitu kesejahteraan.

Agama kesejahteraan bukan hanya menjamin kesejahteraan kepada diri sendiri, malah ia juga memberikan kesejahteraan kepada orang lain, dengan tidak mengata terhadap saudara seagama, tidak menyakiti mereka dan tidak mencabuli hak mereka.

Perbuatan menabur fitnah sebenarnya lebih kejam daripada membunuh, kerana kesan kerosakannya lebih teruk. Jika dengan membunuh, walaupun ia tetap salah, tetapi mang sanya mungkin seorang, tetapi dengan fitnah mungkin mengakibatkan ramai orang dan kesannya berentetan se hingga bertahun-tahun.

Pada zaman nabi dulu pernah berlaku peristiwa fitnah, sebagaimana dialami isteri baginda, Saidatina Aisyah r.a. Beliau dituduh melakukan perbuatan keji dengan Safwan bin al-Ma’athal selepas perang umat Islam dengan Bani Mush thalaq pada tahun kelima hijrah.

Akibat kejadian itu, lebih sebulan Aisyah sakit dan di asingkan Rasulullah sehingga turun ayat yang menegaskan kesucian beliau.

“Sesungguhnya orang yang membawa berita dusta itu golongan daripada kalangan kamu; jangan kamu menyangka (berita yang dusta) itu buruk bagi kamu bahkan ia baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang antara mereka akan beroleh hu kuman sepadan dengan kesalahan dilakukannya itu, dan orang yang mengambil bahagian besar dalam menyiarkannya di antara mereka, akan beroleh seksa yang besar (di dunia dan di akhirat).

“Sepatutnya semasa kamu mendengar tuduhan itu, orang yang beriman lelaki dan perempuan, menaruh baik sangka kepada diri mereka sendiri, dan sepatutnya mereka berkata: Ini ialah tuduhan dusta yang nyata.

“Sepatutnya mereka (yang menuduh) membawa empat orang saksi membuktikan tuduhan itu. Oleh kerana mereka tidak mendatangkan empat saksi itu, maka mereka itu pada sisi hukum Allah adalah orang yang dusta.

“Dan kalaulah tidak kerana adanya limpah kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu, di dunia dan di akhirat, tentulah kamu dikenakan azab seksa yang besar disebabkan kamu turut campur dalam berita palsu itu.

“Iaitu semasa kamu bertanya atau menceritakan berita dusta itu dengan lidah kamu dan memperkatakan dengan mulut kamu akan sesuatu yang kamu tidak mempunyai penge tahuan mengenainya; dan kamu pula menyangka perkara kecil, pada hal ia pada sisi hukum Allah adalah perkara yang besar dosanya.


“Dan sepatutnya semasa kamu mendengarnya, kamu segera berkata: Tidakkah layak bagi kami memperkatakan hal ini! Maha Suci Engkau (ya Allah dari mencemarkan nama baik ahli rumah Rasulullah)! Ini adalah satu dusta besar yang mencengangkan.

“Allah memberi pengajaran kepada kamu, supaya kamu tidak mengulangi perbuatan yang sedemikian ini lamanya, jika betul kamu orang yang beriman.

“Dan Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keterangan (hukum-hukum-Nya); kerana Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.

“Sesungguhnya orang yang suka menghebah tuduhan yang buruk di kalangan orang yang beriman, bagi mereka azab yang tidak terperi sakitnya di dunia dan di akhirat; dan (ingatlah) Allah mengetahui (segala perkara) sedang kamu tidak mengetahui.

“Dan kalaulah tidak kerana adanya limpah kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu, dan sesungguhnya Allah amat melimpah belas kasihan-Nya.” (an-Nur: 11-20)

Melalui keterangan itu jelas kepada umat Islam, apabila menerima sesuatu berita hendaklah terlebih dulu diselidiki, lebih-lebih lagi berita yang menyentuh kehormatan se seorang, kerana mungkin dengan penyelidikan itu dapat mengetahui lebih jelas perkara terbabit, sama ada benar atau palsu.

“Wahai orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang yang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan suatu mu sibah kepada kaum dengan sebab kejahilan kamu sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu lakukan.” (al-Hujuraat:6)