Sabtu, 17 Juni 2017

tantangan hari ke 10 komunikasi produktif

Hari ini tetep berlatih buat kasih perintah tunggal ke senna. Usaha buat jaga emosi gak marah, dan klo dia gk mau melaksanakan perintah yg aku kasih, aku kasih pilihan ke dia dan aku kasih alasan.

"Nak ayo mandi."
"Airnya sudah panas itu"
"Mau mandi di kamar mandi atau di dapur"

"Di kamar mandi bunda"

"Pakai air hangat apa dingin"

" hangat bunda"

Waktu selesai mandi aku suruh dia buat pilih baju sendiri sesuka dia.
"Na pilih baju sendiri ya mau pakai yg mana?"

"Yg ini nda gambar robot"

"Yang ini tangannya panjang, inget gk senna klo pakai bju tangan panjang gimana?"
"Panas nda"
"Iya, yaudh pilih yg lain"


#level1
#day10
#tantangan10hari
#komunukasi produktif
#kuliahbunsayiip

Jumat, 16 Juni 2017

hari ke-9 tantangan 10 hari komunikasi produktif

Hari minggu, kami berencana untuk pergi berbelanja membeli kebutuhan dan keperluan hri raya idul fitri. Jarak ke kota dari rumah kami butuh 4 jam perjalanan.


"Nak, ayo bangun ini sudah siang.
senna mau pergi jalan2 ke kota dengan ayah."
"Senna Gk mau Mandi"
"Senna mau mandi sekarang atau nanti"
"nanti"
"Bunda dan ayah sudah siap2 akan berangkat. jika senna tidak mandi sekarang kita nanti kesiangan sampai kota"
"pakai air hangat ya bunda"
"iya nak"

hari ke -9 : Disini saya berusaha untuk menahan emosi dan tidak mengancam untuk bilang ditinggal jika tidak mau mandi.

#hari9
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP

renungan kuliah bunsay iip

ada tambahan yg bagus jg mb, masuk dg tema di atas:
Ternyata Orang Tua lah penyebabnya (tolong jangan marah dulu)

Renungan Penyentuh Hati

Fitrah

Oleh: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School

Ayah, Ibu…
Setiap anak yang diturunkan ke dunia
lahir dalam keadaan fitrah bukan?

“Kullu mauluudin yuladu
alal fitrah. Fa abaawahu.”
Setiap anak lahir dengan fitrah,
bergantung orangtuanya
bagaimana ia dibentuk.

Karena anak lahir dengan fitrah,
bukankah berarti tak satupun anak
ketika lahir berniat
menghancurkan masa depannya?

Tak ada satupun bayi ketika lahir
berniat di kepalanya:
“Ah jika besar nanti aku mau kena narkoba” ;
“Ah jika besar nanti aku akan hobi tawuran atau kebut-kebutan”.

Atau pernahkah ia berkata:

“jika besar nanti aku akan
mencuri uang orangtua.”
“Ah jika besar nanti aku mau
membangkang pada ayah dan ibu”.

Adakah anak
yang berniat begitu Ayah?

Bukankah berarti setiap anak
yang diturunkan Allah ke dunia,
Justru pada awalnya
cenderung pada kebaikan?

Tetapi, mengapa,
sebagian anak-anak ini
Yang lahir cantik, rupawan, lucu dan menggemaskan;
Setelah ia beranjak remaja dan dewasa,
justru menjadi beban keluarga
dan menjadi masalah untuk lingkungannya?

Ada apa ini…….

Ayah, Ibu….
Karena anak lahir dengan fitrah
sebagian masalah anak,
justru orangtualah penyebabnya.

Periksalah ternyata sebagian anak
justru dijatuhkan harga dirinya
di rumah, bukan di luar rumah

Sebagian kita
mungkin pernah memukul tubuhnya,
seolah tubuh anak adalah
barang pelampiasan amarah kita

sebagian kita
mungkin pernah menampar pipinya,
seolah ia tempat empuk
bagi telapak tangan kita

Sebagian kita
mungkin pernah membentaknya
sambil berteriak dalam hati: akulah yang berkuasa atas dirimu!

Atau mungkin… kita
tak pernah melakukan semua itu?

Tapi tahukah ayah ibu,
Sebagian anak memang
tak pernah dipukul,
Tak pernah dicubit,
tak pernah dibentak,
tapi jarang sekali anak yang lolos
untuk tidak disalahkan orangtua

Mulai dari buka mata di pagi hari
Sampai kembali menutup mata
di sore hari

Ayah, Ibu….

Karena sebagian anak
jatuh harga dirinya di rumah
Tanpa kita sadari,
ada sebagian anak yang tak betah
berada di samping orangtua

Panas hatinya
jika mendengar ‘ceramah-ceramah’ orangtuanya

dan overdosis nasihat yang ia terima
lalu kapan kita mendengarkan anak,
ayah, ibu?

Ketika seorang kakak
hendak mengambil mainan miliknya
Yang diambil adiknya,
Kita… dengan kekuatan kehakiman
yang kita miliki

Dengan gagah berkata:
kakak…. Ngalah dong sama adik!

Lihatlah pertunjukkan ini ayah…
Lihatlah ketidakadilan ternyata
di mulai dari rumah

Lihatlah… kebenaran ternyata
ditentukan oleh faktor usia

Lalu kita berdalil
“adik nya kan masih kecil…”

Dalam hati si kakak berkata
“sampai kapan adik akan dibela?”

“Kapankah aku meminta lebih dulu
dilahirkan ke dunia?”

“sungguh tak enak jadi seorang kakak”

Karena ketidakadilan di mulai dari rumah
Di tempat lain, sebagian adik pun
berkata hal yang sama

“sungguh aku pun tak suka jadi seorang adik”

“Ketika ayah dan ibu tak ada
aku sering dikerjai kakak semuanya”

Ayah ibu

Karena sebagian anak
dijatuhkan harga dirinya di rumah

Sebagian anak akhirnya
tak betah berada di rumah

Rumah baginya hanyalah
tempat tidur sementara

Ia lalu mencari harga diri,
berkelana mencari surga

Mencari orang-orang
yang akan menghargai dirinya

Wahh… ternyata teman-teman ganknya
bisa menghargainya

Lalu dalam hati ia berkata

Hm… ternyata aku dihargai
jika aku pamer perkasa

aku ternyata perkasa
jika menghisap ganja

aku gembira jika bisa
menyusahkan siapa saja…..

Apakah itu yang kita inginkan ayah, ibu?

Jika tidak, hormatilah jiwa anak-anak kita

Bukan sekadar uang, jajanan,
mainan dan sekolah mahal semata

Itu semua penting

Tapi perkataan dan perlakuan
penuh cinta dari Anda

Adalah warisan terindah
untuk masa depan mereka

***

* Dikutip dari buku best seller "Sudahkah Aku Jadi Orangtua Shalih" penerbit Khazanah Intelektual dengan penulis sama dengan yang dicantumkan di atas

Rabu, 07 Juni 2017

tantangan 10 hari komunikasi produktif day 5

Hari ini pagi jam 6.30 wib tanggal 07 mei 2017 kevin sudah bangun pagi. Saya sudah buat air hangat untuk dia mandi.

Bunda : nak, ayo mandi? ( point KiSs)
Kevin : tidak bunda
Bunda : mau mandi sm bunda atau sama bude ( yg ngasuh)? ( sabar tahan emosi)
Kevin : gk mau bunda

Akhirnya gagal ngajak kevin mandi.

#day5
#tantanganharike5
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Selasa, 06 Juni 2017

tantangan 10 hari komunikasi produktif day 4

Di tantangan hari ke empat komunikasi produktif ini, aku mau melatih kevin biat taruh botol dot nya lagi sehabis dia pakai untuk taruh di tempat cuci piring seperti yg sudah aku ajarkan selama ini. Dan aku gk mau ditolak ketika aku perintah kevin. Jd aku ngomongnya sesuai dengan apa yg sudah diajarkan pada point komunikasi produktif di kuliah bunsay iip.bunda : nak, taruh botol dotnya di cucian piring.
Kevin : gk mau bunda.
Bunda : mau taruh sekarang atau nanti?
Kevin : gk mau
Bunda: ayo nak bunda temenin taruhnya
Kevin : ( jalan ke dapur sambik bawa botol dotnya)
Bunda : alhamdulilah berhasil.

#day4
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiio

Tantangan 10 hari komunikasi produktif day 3

-

Beberapa hari ini masih sibuk sama urusan kantor mulai dari persiapan lomba kb, sampe bikin laporan bulanan. Sampe aku gk sempat untuk nulis ataupun bermain dengan kevin anakku. Tapi akh upayakan untuk terus berlatih dan melatih diriku agar terbiasa dengan komunikasi produktif khususnya point KISS keep information short and simple. Ceritanya malam itu anakku lagi gk mau makan, terus aku tawarin snack. Aku cukup bilang, mau makan kue na ? Gk banyak perintah dan dia langsung mengiyakan. Sampe habis itu cemilan 1 toples.
#day3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Minggu, 04 Juni 2017

Tantangan day 2 komunikasi Produktif Day 2


Ceritanya hari ini kevin lagi maen lego kesukaanya. Sy sebagai bunda nya kadang suka kesal, soalnya kevin kalo sehabis main lego tidak pernah mau beresin. Saya ngomel panjang kali lebar sambil perintah dia dengan banyak kata2. Kevin mainan nya beresin, terus tidur cuci kaki tangan dulum sampai bingung dia apa yg mau dikerjakan terlebih dahulu.

Sekarang setelah kuliah di bunda sayang belajar tentang komunukasi produktif jadi tau jangan perintah yg majemuk. Jadi sekarang kalo mai nyuruh kevin pakai kalimat perintah tunggal. Kevin bereskan mainannya.

#level1
#day2
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif

Kamis, 01 Juni 2017

TANTANGAN HARI 10 KOMUNIKASI PRODUKTIF DAY 1

Jumat 02 juni 2017, hari ini saya mulai berlatih poin panduan komunikasi untuk anak. Ini adalah tantangan hari pertama. Hari ini saya akan memilih untuk berlatih Keep Information Short & Simple (KISS). Teori tentang KISS ini adalah menggunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk

⛔Kalimat tidak produktif :

“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.



✅Kalimat Produktif :

“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya” ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain).

Ceritanya anak saya kevin avicenna islamay (3 tahun). Setiap habis minun susu, dot nya langsung dilempar dan dibuang. Hari ini saya mau latih si kevin kalimat perintah tunggal agar kevin taruh dot habis minumnya di tempat cucian piring.



Kevin : bunda, bikinin susu ?

Saya : iya nak ini bunda buatin. Bilang apa sudah bunda buatin susu?

Kevin : terimakasih. ( minum susu sampai habis). ( seperti biasa begitu habis di lempar)

Saya : nak, setelah minum susu, botol nya taruh di cucian piring yaa.

Kevin. : (diam saja, tdk melaksanakn perintah) tetep asik main sm mobilannya.
Bunda. : ayo nak bunda ajarin cara taruhnya.

Kevin. : ambil dot sambil jalan ke dapur terus taruh botol dotnya.

Bunda : yee, pintar anak bunda sudah bisa taruh botol dotnya di cucian piring sendiri.

Kevin : tersenyum

#level1
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip



RESUME MATERI BUNSAY 1

https://docs.google.com/document/d/18ReEFECaYBz3N3pRo44FlE-4Gd0znifS6Hqb35Dxf3w/mobilebasic

https://docs.google.com/document/d/18ReEFECaYBz3N3pRo44FlE-4Gd0znifS6Hqb35Dxf3w/mobilebasic


https://docs.google.com/document/d/18ReEFECaYBz3N3pRo44FlE-4Gd0znifS6Hqb35Dxf3w/mobilebasic




📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚


Institut Ibu Profesional

Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1


KOMUNIKASI PRODUKTIF


Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.


KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI


Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.


Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.


Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir


Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.


Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda


Kata  masalah gantilah dengan tantangan


Kata Susah gantilah dengan Menarik


Kata Aku tidak tahu gantilah Ayo kita cari tahu


Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.



Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.



Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya



Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.



Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.



KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN


Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.



Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.



Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.



FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.



FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.



FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.



Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.



Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.



Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA



Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.



Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.



Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi



Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.

Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.



Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa --sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.



Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.



Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.



Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:



1. Kaidah 2C: Clear and Clarify


Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.



Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.



2. Choose the Right Time


Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.



3. Kaidah 7-38-55


Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.



Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).


Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?


Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.


4. Intensity of Eye Contact


Pepatah mengatakan mata adalah jendela hati



Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.



5. Kaidah: I'm responsible for my communication results


Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.


Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.



Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.



KOMUNIKASI DENGAN ANAK


Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.


Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy



Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.


Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.


Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.


Bagaimana Caranya ?


a. Keep Information Short & Simple (KISS)


Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk


⛔Kalimat tidak produktif :

“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.



✅Kalimat Produktif :

“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)


b. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah


Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh


⛔Kalimat tidak produktif:

“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)


✅Kalimat Produktif :

“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)


Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.


c.  Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan


⛔Kalimat tidak produktif :

“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”


✅Kalimat produktif :

“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”


d.  Fokus ke depan, bukan masa lalu


⛔Kalimat tidak produktif :

“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”


✅Kalimat produktif :

“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”


e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”


Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.


f. Fokus pada solusi bukan pada masalah


⛔Kalimat tidak produktif :

“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”


✅Kalimat produktif:

“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.



g. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan


Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.


⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:


“Waah anak hebat, keren banget sih”

“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”


✅Pujian/Kritikan produktif:

“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”


“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”


h. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman


⛔Kalimat Tidak Produktif:

“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”


✅Kalimat Produktif:

“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.


I. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi


⛔Kalimat tidak produktif :

“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?

✅Kalimat produktif :

“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”


j. Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati


⛔Kalimat tidak produktif :

"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"


✅kalimat produktif :

kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?


k. Ganti perintah dengan pilihan


⛔kalimat tidak produktif :

“ Mandi sekarang ya kak!”


✅Kalimat produktif :

“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat




Salam Ibu Profesional,



/Tim Bunda Sayang IIP/


Sumber bacaan:

Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000


Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015



Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 201 4


Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚